Repost dari blog yang lain… di kompasiana dan multiply, maklum punya banyak blog… 😛
hm… semua orang tau kok saya narsis, jadi bolehlah sedikit sombong… hari ini tulisan ini nangkring jadi HeadLine dikompasiana, mungkin bagi orang lain biasa bangeeeeeet… tapi buat saya ini prestasi (hahahahaha…kasihan), iya coz jarang banget posting, siapa tau makin bagus deh tulisan saya kedepannya. Amin.
ceritanya kayak gimana siy? ikutin yuuuks…
—
Sunday Morning!!!!
Kupicingkan mata, hm… masih jam 06.11. Ah 10 menit lagi meremnya.
Dan ah… Astaga!!! Hampir jam 07.00.
Ciiiiiiiiitttttttt…lari kekamar mandi. Gila!!! Janji ketemu jam 07.00!!! Payaaaaaaahhh, ternyata aku termasuk warga Indonesia kebanyakan. Jam karet. Lina Wija sudah datang menjemput, sorry sista…
Secepatnya panasin motor, ah sial… bensin pun minim!!!
“Pagi mas, Maap telat” dengan muka yang tidak enak banget.
“Nggak apa-apa, yang lain juga belum dateng” Santai.
Busyeeeett… anak muda macam apa kami ya? Sepertinya kemarin semua semangat waktu bahas di group FB kita.
Dateng sms dari Meisha
“maap bgt mbk lina..ak kyknya ga bs ikut, ni nyuci bnyk bgt blm slsai e..”
Gubraaaaaaaaaaaaakkkk
Mana mas Tosse?Dia baru bangun. Huuuufft. Lalu yang punya program? Mas Yo? Bentar lagi dateng tanpa mandi dulu. Ck…ck…ck…
Eh mas Aziz kecil dateng. Kebingungan…mana yang lain ya?
“Aku nggak bisa lama-lama. Ada kerjaan yang nggak bisa ditinggalin. Tinggal dulu ya…” Lina Wija berpamitan.
Hm… Jadi cewe paling manis nih… nggak ada saingan hueeeeeeks…
Begitulah awal cerita pagi ini di sunday morning UGM. Agenda belajar motret reportase dari Mas Daniel. Orangnya super baik, low profile dan ingin selalu berbagi… Beliau bilang dengan saya berbagi saya akan mendapatkan lebih banyak. Pokoknya salut banget… bahkan beliau lebih suka menyimpan identitasnya, biarlah kalian memandang saya seperti ini adanya.
Kami pun duduk berputar, dibawah pohon rindang didepan pelataran masjid kampus UGM. Tak memperdulikan orang-orang yang lalu lalang.
Beberapa teori memotret reportase yang baik diajarkan. Tak perlu memakai alat yang canggih. Kenapa? karena hasil foto reportase tidak ditentukan dari jenis kamera yang digunakan. Tapi kejelasan. Untuk itu Mas Daniel sengaja bawa pocket cam, agar kami bisa belajar. Maklum tak punya camera modern yang ada tele-telenya. Bahkan dengan camera handphone-pun tak jadi soal, asal tekniknya benar.
Dan bagaimana agar hasil foto itu menarik? Ambil dari sudut pandang yang tak biasa.
Lalu jiwa keisengan saya pun muncul, aha… dan berhasil mengambil moment-moment yang seru…hehehehe… Dan inilah hasilnya.
Sedang asyik-asyiknya belajar, tiba-tiba… Prrrraaaaaaaaaaaaaangggg… Kecelakaan!!! Semua berlari… Hm… Apa yang pertama dilakukan? menolong atau memotret reportase? Aku hanya menunggu, karena tak berani mendekat. Takut darah.
Hanya satu foto yang terambil, mas Tosse sempat mengambil dari camera handphone, dan dia bilang tidak enak banget…
*Untuk Mas Daniel, maaf banget kita sangat mengecewakan… dan terimakasih banyak banget atas waktu dan ilmunya.