Nulis cerpen iseng buat edisi Ramadhan untuk kawan-kawan Canting (Kompasianers Jogja). Ternyata banyak yang minat untuk ikutan dan jadi cerita keroyokan.
selengkapnya ada di “Balada Centingsari”
—————————————-
Pagi ini di rumah keluarga pak Yo dan Bu Murni terjadi keributan kecil. Anak semata wayang mereka yang tercinta si Jenni sedang bersiap ke sekolah. Namun seperti biasanya, ia kehilangan kaos kaki sebelah. Entah terselip dimana.
“makanya Mak Mur, Jenni belikan kaos kaki lagi. Masa dari dulu kaos kaki mung siji aja” Rengek Jenni.
“wis menengo to, ngko sek tak golek neng longan paling di gondol tikus” Jawab Bu Murni sambil mencari-cari kaos kaki dik kolong tempat tidur.
“Punya kaos kaki Cuma satu, Mak Mur juga nggak pernah nyuciin. Teman-temanku sering ngeledekin mak, malu jenni kalau baunya kadang menyebar keseluruh ruangan”
“Nggak usah dengerin kata-kata temenmu. Sing sabar, ben ora batal puasamu. Ini untuk melatih dirimu biar survive kalau kamu jadi pendaki gunung seperti emak nanti. Nih kaos kakimu dipake cepet biar nggak terlambat sekolah”
“Papih Yo, mbok tolongin si jenni to… Jangan cuman diam saja, aku kan nggak ingin jadi pendaki tapi mau jadi pilot”
“Jenni dengarkan nasehat emakmu!!!” jawab pak Yohanes cuek dengan Koran paginya.
Begitulah kisah yang paling sering mewarnai pagi dikediaman keluarga nyentrik pak Yo dan Bu Murni. Kehilangan kaos kaki dekil si Jenni yang warnanya berubah dari putih jadi kecoklatan gara-gara nggak pernah sekalipun dicuci. Maklum saja, Bu Murni memang sangat sibuk kalau ada libur dari kerjanya pasti bu Murni pergi naik gunung. So, ia tidak punya banyak waktu untuk ngurus rumah dan anaknya si Jenni.
***
Ruangan kelas hari ini tampak sunyi. Mungkin karena anak-anak puasa ditambah pelajaran pertama adalah pelajaran bu Mesha. Pelajaran sejarah dengan guru yang sangat lemah lembut menjadikan anak-anak seperti sedang mendengarkan dongeng. Bikin ngatuk!
Suasana masih sama saat pelajaran ke dua. Bu Gendis yang masuk untuk mengisi pelajaran berikutnya punya banyak cara agar suasana pelajaran yang dibawakannya meriah. Beliau terinpirasi cara Pak Balia dalam film sang pemimpi.
“Anak-anak sebelum kita memulai pelajaran. Pekikkan kata-kata yang memberimu inspirasi!!” begitu suara Bu Gendis mengagetkan kantuk anak-anak. Sekejap suasana kelas berubah anak-anak semua mengacungkan jari.
“Ya kamu Unyil”
“All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them. Walt Disney”
“Good, kamu Ngashim”
“Success is a journey, not a destination. Ben Sweetland”
“Bagus, kamu Gugun”
Gugun berdiri dengan sikap badan tegap. Pandangan mata lurus ke depan. Kemudian tangan kanan ia silangkan di dada. Dengan mantap ia memekik. “AalizweeLLLLL. 3 Idiots”
Sebetulnya banyak temennya di belakang yang cekikikan mendengar kata Gugun tersebut. Tapi bu Gendis kali mentolerir kelakuannya.
“Ok, sekarang kamu Hendra”
“Mulut kumat kemot, Matanya melotot, Lihat body semok, Pikiranmu jorok. Sinta Jojo Keong Racun”
“gerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr” seluruh kelas tertawa mendengar suara hendra yang berdendang. Muka Bu Gendis memerah menahan marah sekaligus ingin tertawa.
Pak Kepala Sekolah Yula yang kebetulan lewat di depan kelas mereka pun masuk dengan muka sangarnya. Memelintir kumis palsunya membuat anak-anak langsung menghentikan tawanya.
“Kalau puasa jangan tertawa keras-keras nanti gigi kalian kering. Cepat haus pula”
“gerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr” Suasana rame kembali.
[Bersambung]
By Lina Sophy
*) Hanya fiksi dan iseng, semoga para pelaku tidak mendendam…