Lompat ke konten
Home » Maaakkk, Jangan Sedih Ketika Anakmu tak Sehebat Anak Tetanggamu

Maaakkk, Jangan Sedih Ketika Anakmu tak Sehebat Anak Tetanggamu


Judulnya provokasi banget yaaak? Ahahahahaaaaa. Itu nasehat buat diri sendiri juga sebenernya, tapi kali aja ada yang baca dan ada nilai manfaatnya.

Jadi begini, beberapa hari lalu ketemu dengan orang dewasa dan anak kecil yang sepantaran Sulthon (usianya diatas Sulthon 10 bulan). Nggak perlu disebutkan siapa, ini nggak ada niatan ghibah untuk contoh case aja ya.

Sembari ngawasin anak-anak mainan, biasa emak-emak juga sambil ngomongin banyak hal kaaan? tentunya dari gosip artis, drama atau sinetron kesayangan, kasak kusuk tetangga sampai serba-serbi keluarga, dan tentunya tentang anak. Kalau saya sih enggak semuanya itu diomongin, seperlunya saja soalnya sambil ngawasin anak yang super petakilan.

Pas kemarin itu, partner ngobrol saya ini beda. Banyaaaakkk banget ceritanya, tentang kehebatan teman Sulthon itu (kita sebut saja namanya si Fulan).

Begini ceritanya:
“Anu, si Fulan ini pinter dia udah bisa nyebutin ABC bahasa Inggris loooohhh, Sulthon gimana udah bisa belom?” 
“Si Fulan juga, sudah bisa berhitung sampai 10 pakai bahasa Inggris juga, Sulthon gimana?”

Dan banyaaaak lagi tentunya pertanyaan-pertanyaan yang penuh motif itu. Kira-kira gimana jawaban saya, ada yang bisa menebak? Ahahaha.

Jawaban ini tadinya nggak ada yang tahu, sampai akhirnya tiba masa berduaan sama Abah Sulthon ketika Sulthon sudah bobok nyenyak, curhatlah saya tentang cerita diatas. Reaksi Abah Sulthon gimana? Kepo juga saya jawab apa. 

Jawaban saya untuk semua pertanyaan itu mirip-mirip intinya tuh giniii… “Wah si Fulan hebatnya, Sulthon kalah jauh. Bundanya Fulan keren euy, rajin ya?” ahahaha, itung-itung membahagiakan orang. Tapi itu kadang yang makin bikin orang pamernya menjadi-jadi. 

Abah Sulthon sempat protes kok nggak diimbangin sih? Iya sih, meski saya jawabnya tenang meladeni tapi jujur sebel juga saya sama orang model begini. Sebelnya dikit aja kok, stok sabar masih ada lah kalau urusan gini.

Pernah nggak para emak ngalamin cerita kayak saya? Pernah dong ya tentunya. Ini masih mending nggak menyerang langsung, kadang ada juga orang yang langsung meremehkan anak kita tanpa basa basi. Nggak jarang kita dibikin jengkel karenanya.
Perlu nggak sih kita tanggepin yang begitu makk? Ya kalau kita sebel kebangetan, ada celah buat kita nyela yang nyela aja balik, gitu aja kok repot. Ahahaha.

Tapi dari pada kita pening apalagi kalau sampai dimasukin hati, kita ini lohhh para emak yang rugi. Kan, katanya para emak wajib, kudu bahagia biar bisa menciptakan anak yang merdeka.

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak ada yang sama persis.

Mak, kita harus yakin bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu beda-beda. Contoh konkritnya berat badan. Kenaikan berat badan ini paling sering jadi bahan obrolan emak-emak. Seolah-olah kalau nambahnya banyak anaknya ginak-ginuk itu udah TOP banget. Padahal ya enggak mesti gitu juga, pantau saja di buku KMSnya, meski nggak banyak naik asal sehat ya nggak apa-apa.

Pertumbuhan kemampuan bayi under 1 juga begitu, ada anak yang cepat tumbuh gigi ada yang lambat. Ada yang lebih cepat bisa berbicara lambat kemampuan jalannya. Ada pula yang kemampuan motorik kasarnya kuat sehingga cepat pandai berjalan, tapi pertumbuhan gigi dan kemampuan bicara lambat. 

So… Mak nggak perlu khawatir kalau anak tetangga sudah ini itu, anak kita belum. Tapi, jangan terlalu santai juga kalau tumbuh kembang anak kita terasa lamban. Kita mesti punya patokan meski tidak saklek (bahasa opo meneh ini) maksudnya sesuai dengan patokan. Bisa dilihat dibuku-buku tumbuh kembang anak, buku dari posyandu atau download aja di internet, banyak. Kayak saya juga gitu, sebagai referensi saja.

Ketika kita merasa tumbuh kembang anak kita memang lambat, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberi rangsangan. Misal kemampuan bicara lambat, seribg saja diajak ngobrol dan ajak nyanyi-nyanyi. Kalau lambat jalan, pakai baby walker, atau sering latih jalan atau kalau perlu bawa ke teraphis bayi, barangkali ada syaraf yang memang lemah. Tapi sekali lagi, harus dipahami betul ya mak, tumbuh kembang anak kita beda dengan anak lainnya.

Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang tepat.

Ini saya nemu quote saat mengikuti seminar pendidikan, saya lupa yang mana. Saya tanamkan dalam hati dan ingat-ingat agar tidak sekarepku sendiri menghakimi anak-anak.

Ada JK Rowling dengan Harry Potternya. Ada Susi Susanti dengan medali olimpiadenya. Ada Leonardo Davinci dengan lukisan Monalisanya. Ada Alm. KH Zainudin MZ dengan sebutan kyai sejuta umatnya. Masing-masing hebat di bidangnya. Satu sama lain tidak sama.

Sedikit ngomongin Multiple Intelligences. Bahwa setiap anak lahir dibekali dengan kecerdasan yang jamak. Atau orang biasa menyebut kecenderungan otak kiri untuk orang cerdas logika matematika, sains, visual spasial, menulis dan kecenderungan otak kanan untuk seniman, musik, fantasi, inter dan intrapersonal.

Dan sementara ini, tugas untuk mengenali kecerdasan jamak dibebankan pada para pendidik anak usia dini. Sebisa mungkin para guru ini harus mampu mengenali kecenderungan bakat dan minat anak-anak agar mampu mengoptimalkan perkembangan kecerdasannya.

Kalau buat saya nih, orang tua jaman sekarang mestinya harus bisa mengambil alih tugas itu. Mampu bersinergi dengan sekolah tentunya, karena yang harus diingat bahwa tanggung jawab pendidikan anak adalah pada orang tuanya. Guru, sekolah dan lembaga pendidikan lainnya itu tugasnya membantu orang tua dalam mendidik anak. Setuju makkk? Camkan itu!

Mampu mengenali kemampuan anak-anak kita. Mana kecerdasan berdasarkan bakat minatnya, lejitkan. Dan mana bagian yang lemah, bisa dirangsang agar tidak timpang. Kan katanya, semakin seimbang bagian otak kanan dan kiri membuat kita semakin cerdas. Jangan mentang-mentang udah nyekolanin tugas mendidik anak sudah gugur gitu mak?
Repot ya mak? Kayaknya banyak banget hal yang mesti emak-emak perhatiin. Udah tua tuh nggak boleh berhenti belajar. Benar kan bahwa proses belajar itu sepanjang hayat.

Berat yak? Iya memang, tapi percayalah repot dan berat itu kebayar lunas malah dapat bonus lihat si kecil bisa sehat dan ceria.
Btw ini ngelanturnya kepanjangan dan ngomongin hal yang agak berat yak? Ahaha.

Back to topic, pokoknya mah gitu aja kalau nemu orang yang suka membanggakan anaknya dan seolah meremehkan anak kita, dicuekin aja nggak usah diambil hati. Kalau anak tetangga pandai bahasa inggris anak kita enggak, jangan sedih barang kali anak kita calon dokter. Anak tetangga jago matematika anak kita enggak, jangan salahkan anak barangkali anak kita calon artis.

Pesan terakhir siy, jangan pernah lupa berdoa untuk anak kita. Pendidikan sekeren apapun tidak masuk kecuali anak kita paham, dan Tuhan lah yang bisa memberi pemahaman. Jadi jangan pernah berhenti untuk meminta.
Daaann satu lagi jangan lupa untuk selalu ceriaaaa. Salam manis untuk para emak diseluruh duniaaaa ???

4 tanggapan pada “Maaakkk, Jangan Sedih Ketika Anakmu tak Sehebat Anak Tetanggamu”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *