Lompat ke konten
Home » Memetik Kisah Dari Pagelaran Sendratari Timun Mas

Memetik Kisah Dari Pagelaran Sendratari Timun Mas

Masih menulis tentang event Asean Blogger Festival yang di gelar di kota Solo, 9 sampai 12 Mei 2013 lalu. Menurut pendapat pribadi saya, kegiatan ini sangat sukses di gelar. Dari berbagai reportase yang ditulis oleh para peserta semua memberikan kesan yang bagus, meriah, seru, menyenangkan, menambah wawasan dan sebagainya. Kerja panitia penyelenggara sangat luar biasa. Dan juga dukungan dari berbagai pihak lainnya. Dan yang paling sangat terasa adalah dukungan dari Telkom Indonesia yang menyediakan layanan internet yang memberi kemudahan semua peserta secara terus menerus meng-update kegiatan ini.

Kenapa Solo terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan event ini karena kota Solo sangat cocok sesuai dengan tema yang diusung yaitu “Reinventing the Spirit of Cultural Heritage in Southeast Asia”. Ketika para wakil dari seluruh negara Asean berbagi pandangan dan pengalaman mengenai budaya masing-masing negara, terlihat jelas bahwa budaya kita masih satu kesamaan. Dan ini merupakan modal kekuatan membangun komunitas Asean 2015 nanti.

Kota Solo, selain memang kaya budaya kota ini memang mampu tetap mempertahankan dan menjaga warisan budaya bangsa. Kalender pagelaran budaya tersusun rapi setiap tahun. Untuk itulah kiranya Solo menjadi pilihan paling tepat untuk menggelar acara ini.

Selain seminar tentang budaya, country report, city tour, mengunjungi situs sejarah ke Candi Sukuh dan Sangiran, kegiatan ABF ini juga bertepatan dengan agenda kota Solo “Mangkunegaran Performing Art”. Agenda ini rutin digelar setiap tahun bertempat di Pura Mangkunegaran. Berbagai pertunjukan kesenian ditampilkan seperti tari dan seni lainnya yang merupakan karya dari Trah Mangkunegaran.

Pada hari kedua, ketika saya dan beberapa teman peserta Asean Blogger mengunjungi acara ini di Mangkunegaran sudah terlihat antusiasme warga kota Solo untuk menyaksikan pertunjukan ini. Sambil mencari-cari tempat yang enak untuk menonton, tiba-tiba banyak serombongan anak-anak kecil memakai beraneka kostum untuk performing malam itu. Kami pun langsung heboh mengikuti sampai di belakang panggung untuk sekedar ngobrol dan foto bersama.

Bersama Penari
Bersama Penari
Bersama Penari
Bersama Penari

Pertunjukan yang dimainkan anak-anak ini sungguh menghipnotis para penonton. Khusus untuk sendratari yang ditampilkan sebagai penutup pagelaran malam itu sangat-sangat menakjubkan, mereka membawakan cerita dongeng rakyat yang berjudul Timun Emas.

Timun Emas
Timun Emas
Sendratari Timun Emas
Sendratari Timun Emas
Sendratari Timun Emas
Sendratari Timun Emas

Cerita timun emas sendiri merupakan dongeng cerita rakyat yang mengisahkan tentang seorang gadis cantik bernama timun emas. Timun emas seorang anak yang cerdas, baik hati dan pemberani. Ia diasuh oleh seorang ibu yang bernama mbok Srini. Dan setelah timun emas beranjak dewasa datang raksasa yang hendak mengambilnya sebagai santapan. Berkat keberanian dan kerja keras timun emas dan Simboknya akhirnya mereka bisa mengalahkan Raksasa itu.

Kisah tersebut memberikan kita pelajaran bahwa dengan keberanian dan kerja keras akan menghasilkan kebaikan. Sedangkan niat jahat pada orang lain berakibat celaka.

Kekuatan dongeng rakyat zaman dahulu menurut saya memang luar biasa. Bukan hanya sekedar kisah cerita biasa tanpa makna. Ada nilai-nilai yang terkandung yang memberikan kita banyak pelajaran. Tapi mirisnya budaya mendongeng atau bercerita tentang cerita-cerita rakyat yang kaya akan nilai semakin hari semakin luntur. Harapannya event seperti ini konsisten digelar guna memberikan edukasi pada masyarakat sekaligus menjaga budaya.

Tapi bukan hanya rasa puas dan dapat pelajaran dari kisah Timun Emas yang saya dapat malam itu. Ada kisah lain yang betul-betul sangat berharga buat saya.

Begini, saat sendratari timun emas memunculkan dua pemain anak laki-laki dan perempuan yang tugasnya menghibur penonton dengan lawakannya. Seorang bapak yang duduk disebelah saya tiba-tiba heboh setiap kali anak laki-laki ini melawak dan membuat penonton tertawa. Bapak ini sampai menangis haru. Tepuk tangan dan menangis lagi sampai pertandingan berakhir. Terlihat betapa bahagia dan bangganya si Bapak dengan penampilan anaknya. Sampai-sampai saya sendiri turut merasakan haru, seolah ikut merasakan bahagia yang dirasa bapak itu. Ah, menjadi bahagia itu memang sederhana.

Anak si Bapak yang terharu
Anak si Bapak yang terharu

Salam Budaya.

cilacap | 18 juni 2013

1 tanggapan pada “Memetik Kisah Dari Pagelaran Sendratari Timun Mas”

  1. Kalau boleh saya tau,perlengkapan yg harus disiapkan itu apa saja ya?
    Soalnya saya jg ada sendratari yg temannya sama,jd mungkin kakak punya solusi untuk perlengkapan yg harus disiapkan?
    Terima kasih kak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *