Lompat ke konten
Home » Phobia Jarum Suntik

Phobia Jarum Suntik

Takut disuntik (doc. google)
Takut disuntik (doc. google)

Membayangkan jarum suntik adalah hal yang paling menakutkan buat Anita. Dia memang phobia terhadap jarum suntik. Hal yang paling ia benci adalah pergi ke dokter. Kalau Anita sakit biasanya ia akan merengek pada mamanya. Ia mau diajak pergi ke dokter dengan syarat dia tidak akan di suntik. Hanya diperiksa dan minum obat saja.

Anita masih ingat kejadian waktu ia masih di TK dulu. Setiap enam bulan sekali ada dokter gigi yang memeriksa kesehatan gigi anak-anak. Anita saat itu ketakutan dan menangis. Ia takut kalau ia dan teman-temannya akan disuntik. Mulai saat itu Anita selalu menjaga kesehatan giginya agar tidak sakit, sehingga saat ada pemeriksaan gigi dia akan aman.

Sekarang Anita sudah kelas tiga SD. Ia bersekolah di SD Harapan Mulia. Anita adalah anak yang pandai dan ramah. Ia juga baik hati. Temen-temannya sayang dan baik kepadanya. Tapi sudah dua hari ini Anita tidak terlihat bermain bersama teman-temannya. Menurut surat keterangan yang dikirim orang tuanya anita sedang sakit.

***

Hal ini membuat teman-temannya menjadi sedih karena tidak dapat bermain bersamanya. Anita mempunyai beberapa sahabat karib. Dina, Ratih dan Sofia, mereka adalah sahabat karib Anita.

“Anita sakit apa yah?” Sofia bertanya pada Dina dan Ratih saat istirahat. Sofia adalah teman satu bangku Anita. Jadi wajar kalau Sofia paling merasa kehilangan karena tidak ada teman di sebelahnya saat belajar di kelas.

“Iya, kita kan jadi nggak bisa belajar dan bermain bersamanya.” Lanjut Dina.

“Bagaimana kalau nanti sore kita pergi kerumah Anita untuk menjenguknya. Kita rayu dia agar mau pergi ke dokter. Aku yakin kalau Anita belum pergi kedokter karena dia kan masih takut kalau dia nanti akan di suntik.” Jawab Ratih pada dua sahabatnya.

“Kamu benar Ra, Anita kan paling takut sama dokter. Aku ingat tiga bulan yang lalu saat Anita sakit juga harus kita rayu sampai akhirnya mau pergi ke dokter. Aku setuju kalau nanti sore kita pergi kerumahnya untuk melihat keadaan Anita.” Kata Sofia bersemangat.

“Aku juga setuju dengan usul mu Ra.” Dina juga menyetujui usul Ratih.

“Ok, kalau begitu nanti setelah kita pulang sekolah dan beristirahat sebentar, kalian berkumpul di rumahku saja ya. Nanti kita pergi bersama-sama kerumahnya dengan sepeda.” Lanjut Ratih.

“OK.” Jawab Dina dan Sofia serempak.

Setelah merencanakan hal itu, Ratih, Dina dan Sofia segera masuk kedalam kelas karena waktu istirahat juga sudah habis. Mereka bertiga berniat untuk menjenguk dan merayu Anita agar mau pergi ke dokter. Mereka berencana pergi kerumah Anita dengan menggunakan sepeda. Rumah mereka berempat memang tidak terlalu jauh, jadi tidak perlu minta diantarkan oleh orang tua mereka. Mereka biasa saling mengunjungi dan bersepeda bersama-sama.

***

Sesampainya dirumah mereka bertiga segera beristirahat sebentar. Anak-anak tersebut memang terbiasa untuk tidur siang sebentar setelah pulang sekolah untuk memulihkan tenaga mereka. Setelah selesai mandi mereka segera meminta izin pada mamanya untuk pergi kerumah Anita untuk menjenguknya. Mama mereka mengizinkan dan berpesan untuk hati-hati saat bersepeda kerumah Anita. Mama mereka juga menitipkan salam untuk mama Anita. Persahabatan mereka berempat juga membuat orang tua masing-masing menjadi saling kenal dan akrab.

Sementara di rumah Ratih, ia terlihat sudah siap untuk pergi dan menunggu kedatangan Dina dan Sofia. Tidak lama Ratih menunggu, kedua sahabatnya sudah datang kerumahnya. Dan mereka bertiga segera berpamitan pada mamanya Ratih. Dan setelah itu mereka mengayuh sepeda masing-masing dengan bersemangat untuk menjenguk Anita.

“Assalamu’alaikum” Kata Sofia sesampainya di rumah Anita.

“Wa’alaikumsalam…” Terdengar jawaban dari dalam rumah. Terlihat mamanya Anita membukakan pintu.

“Selamat sore tante, kami ingin menjenguk Anita. Anitanya sakit apa tante?” Sapa Ratih begitu mamanya Anita keluar.

“Selamat sore, iya Anita sedang sakit. Ia demam sejak dua hari lalu. Untunglah kalian datang, tante sudah tidak bisa membujuk Anita untuk mau pergi diajak ke dokter.” Jawab mama Anita dengan ramah dan segera mempersilahkan mereka untuk masuk.

“Oiya Tante, ada salam dari mama kami untuk tante.” Kata Dina menyampaikan salam dari mama mereka sebelum lupa.

“Terima kasih dan ucapkan salam tante pada mama kalian juga ya. Kalian masuk kekamar Anita saja. Pasti Anita senang kalian kesini menjenguknya. Tante akan buatkan minum dulu untuk kalian.” Jawab mama Anita.

“Iya tante, terima kasih.” Jawab ketiganya.

Kemudian mereka bertiga segera masuk kekamar Anita untuk melihat kondisi Anita. Mama Anita pergi kedapur untuk membuat minum dan menyiapkan makanan kecil untuk mereka.

“Hai Anita, boleh kami masuk?” sapa Dina di depan pintu kamar Anita.

“Hai, boleh dong.” Jawab Anita yang terdengar lemas tapi ia masih bisa tetap tersenyum.

“Anita, kamu sakit apa? Kami kan khawatir dan sedih tidak bisa belajar dan bermain bersamamu di sekolah.” Kata Sofia yang paling mengkhawatirkan keadaan Anita teman sebangkunya itu.

“Kenapa kamu tidak pergi ke dokter?” lanjutnya.

“Ah cuma sakit demam saja kok. Kalian nggak perlu khawatir pasti sebentar lagi juga aku akan sehat dan bisa belajar dan bermain bersama kalian lagi.” Jawab Anita.

“Anita, kamu nggak boleh menyepelekan penyakitmu. Dokter harus memeriksamu agar kamu bisa segera sembuh. Kamu nggak boleh takut sama dokter.” Kata Ratih.

“Kamu harus menghilangkan rasa takutmu Anita. Bukankah kesehatan itu lebih berharga? Kalau kamu sehat kita akan belajar dan bermain disekolah bersama-sama lagi. Kamu harus mau kedokter.” Rayu Sofia.

“Oiya, Anita aku punya tante seorang dokter anak. Tanteku itu baru pulang dari Jepang. Dia seorang dokter anak yang baik dan ramah pasti kamu akan suka diperiksa sama tanteku. Kamu mau kan periksa disana.” Kata Dina pada Anita.

Setelah dibujuk oleh teman-temannya akhirnya Anita mau juga pergi ke dokter. Anita memilih pergi ke rumah tantenya Dina yang dokter itu. Malam itu juga Anita pergi ke alamat rumah dokter yang diberikan Dina tadi siang. Dia diantarkan oleh papa dan mamanya. Papa dan mamanya merasa senang akhirnya Anita mau diajak untuk pergi kedokter.

***

Tantenya Dina memang seorang dokter anak. Dia baru saja pulang dari Negeri Sakura untuk melanjutkan pendidikannya. Negeri Sakura adalah sebutan untuk Jepang. Karena bunga sakura yang tumbuh di negara tersebut.

Namanya dokter Azizah. Benar juga yang dikatakan oleh Dina. Dokter Azizah terlihat sangat cantik dan ramah. Begitu Anita melihatnya, ia tidak merasa takut padanya. Dokter Azizah sangat baik dan sayang terhadap anak-anak. Ia membuat pasiennya merasa nyaman.

Bagi dokter Azizah pekerjaan dokter itu adalah pekerjaan yang sangat mulia. Sebuah pekerjaan yang tujuannya untuk mengabdikan diri pada masyarakat. Dan ia bekerja dengan hatinya. Tidak memikirkan imbalan yang besar untuk jasanya. Cukup baginya apabila pasien yang datang kepadanya dapat segera terbebas dari penyakit yang dideritanya. Dokter Azizah memang sangat baik.

Setelah dipersilahkan untuk masuk keruang periksa, Anita diajak berbincang-bincang dulu oleh dokter Azizah. Dokter Azizah tahu bahwa Anita takut dengan jarum suntik setelah di beri tahu oleh mamanya Anita. Dokter Azizah sangat sopan dan ramah. Anita pun menjadi sangat nyaman berada didekatnya.

Dokter Azizah menjelaskan bahwa di suntik itu tidak sakit. Yang harus Anita lakukan adalah melawan rasa takutnya. Di suntik itu rasanya seperti di gigit semut. Tidak akan sakit, malah badan kita akan segera terbebas dari penyakit dan dapat ceria lagi.

Malam itu akhirnya Anita mau untuk di suntik oleh dokter Azizah. Benar saja, ternyata rasanya di suntik tidak mengerikan seperti apa yang Anita bayangkan selama ini. Papa dan mamanya sangat bahagia akhirnya Anita mau di suntik. Papa dan mama sangat berterima kasih pada dokter Azizah.

“Ma, Pa, ternyata disuntik itu nggak sakit yah?” Kata Anita pada mama dan papanya dalam perjalanan pulang kerumahnya.

“Mama sama papa kan juga sering bilang begitu. Tapi Anita yang tidak mau dengar.” Jawab mamanya.

“Iya ma, maafin Anita ya dari dulu nggak mau denger omongan mama dan papa.” Kata Anita.

“Nggak apa-apa sayang, yang penting sekarang Anita nggak takut lagi kan dengan jarum suntik.” Jawab papa bijak. Papa dan mama memang sangat sayang sama Anita.

***

Keesokan harinya Anita sudah merasa sehat dan siap untuk pergi ke sekolah. Berkat suntikan dan obat yang diberikan oleh dokter Azizah, Anita segera sembuh. Pagi ini dengan ceria ia diantarkan papanya pergi kesekolah. Sahabat-sahabatnya di sekolah pasti akan senang sekali menyambut kedatangannya.

“Anita syukurlah kamu sudah sehat, aku senang sekali akhirnya kamu bisa berkumpul dengan kita lagi. Aku tidak akan kesepian duduk sendirian di kelas.” Kata Sofia begitu melihat sahabatnya datang kesekolah pagi itu.

“Iya, berkat suntikan dan obat dari dokter Azizah semalam akhirnya aku pagi ini bisa sekolah. Kita bisa belajar dan bermain bersama kalian lagi.” Jawab Anita sambil tersenyum.

“Hah suntikan?” Ratih, Dina dan Sofia berkata serempak. Mereka hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Anita barusan.

“Kok sepertinya kalian tidak percaya sih…” Rajuk Anita.

“Bukan nggak percaya Ta, tapi kami heran apa benar kamu berani di suntik?” jawab Dina dengan lembut.

“Benar Din, ini berkat tante kamu. Dokter Azizah membuatku berani pada suntikan. Ia dokter yang sangat baik dan sangat ramah, aku suka berobat di tempat tantemu Din.” Jawab Anita menjelaskan.

“Oya? Syukurlah kalau kamu suka. Tanteku memang sangat baik dan ramah. Kebanyakan pasien ditempatnya merasa puas padanya.” Kata Dina lagi.

“Selain baik dan ramah, dokter Azizah juga pintar dan cantik seperti kamu ya Din.” Balas Anita memuji sahabatnya itu.

“Ah, Anita kamu memuji berlebihan. Kamu juga cantik. Sofia dan Ratih juga cantik.” Jawab Dina sambil tersenyum.

Akhirnya mereka semua dapat berkumpul kembali. Bukan hanya tiga sahabatnya yang merasa senang, tetapi teman-teman dikelasnya juga senang akhirnya Anita dapat bersekolah kembali. Sofia teman sebangkunya, tanpa diminta langsung memberikan catatan dan mengajari Anita tentang pelajaran yang tidak diikuti oleh Anita selama dua hari kemarin.

Anita sangat bahagia hari ini. Bukan hanya dapat berkumpul lagi bersama teman-temannya, tetapi ia merasa senang bahwa ia mampu mengalahkan rasa takutnya pada jarum suntik. Ternyata di suntik itu tidak sakit.

Dan kesan yang didapat dari dokter Azizah membuatnya bercita-cita ingin menjadi dokter anak sepertinya. Anita ingin mengabdikan diri pada masyarakat. Menjadi dokter yang baik dan ramah. Membuat anak-anak yang takut pada jarum suntik seperti dirinya kemarin menjadi berani.

Bukankah itu merupakan cita-cita yang sangat mulia. Dan Anita pun makin giat belajarnya, karena untuk menjadi seorang dokter haruslah anak yang panbdai dan pemberani. Mama dan papa juga mendukung cita-cita Anita tersebut.

SELESAI

By Lina Sophy

6 tanggapan pada “Phobia Jarum Suntik”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *