Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah seorang teladan yang baik. Perjalanan hidupnya selalu berpijak di atas kebenaran dan tak pernah meninggalkannya. Posisinya dalam agama amat tinggi (seorang imam) yang selalu patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mempersembahkan segala ibadahnya hanya untuk-Nya semata. Beliau pun tak pernah lupa mensyukuri segala nikmat dan karunia ilahi. Ketaatan dan keimanan yang luar biasa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mewujud pada tindakan yang niscaya akan teramat berat ditunaikan manusia pada umumnya. Sebuah keteladanan yang mesti kita tangkap dan nyalakan dalam kehidupan kita.
Kisah-kisah agung dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah peneguhan nyata akan tauhid. Salah satu kisahnya adalah tentang penyembelihan hewan qurban, seperti yang diabadikan dalam Al Quran surat al Shaffat ayat 102-109:
“Maka tatkala anak itu (Ismail) telah sampai (pada umur sanggup) untuk berusaha bersama-sama Ibrahim, berkatalah Ibrahim: ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,’ sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’.” (Ash-Shaffat: 102-109)
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala pun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail ‘alaihissalam tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba.
Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selamat Idul Adha 1430H… semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mampu mengambil hikmah dan belajar dari ketauladannan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Amin.
wah jadi teringat sama adekku (Alm), lahir pas 10 dhulhizjah meninggalnya di bulan yang sama,….
owh… semoga diterangkan jalannya disana ya Riz… 🙂