Mendidik anak itu sebaik-baiknya ya lahir batinnya. Perkara dunia sampai akhiratnya. Ini nyambung tulisan sebelumnya mengenai Sulthon dengan bukunya ya biar seimbang sekarang bahas cara kita menstimulan sisi spiritualnya. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya ziarah kubur.
Keinginan kita siy bisa ngajak Sulthon ziarah walisongo dan wali Allah lainnya secepatnya. Tapi apalah daya kesempatan yang belum ada. Nyicil dulu mana yang bisa dan sempat kita tuju.
Kadang datang tawaran, tinggal berangkat saja eh badan nggak bisa kompromi. Itu yang namanya belum jodoh!
Btw, dulu saat Sulthon usia 9 bulan kita ajakin sepuran ke Jombang. Ini sepurannya yang pertama kali. Kebetulan ada tawaran dari sahabat baik abah Sulthon, silaturahim, dan senang banget tentunya, sejak mengiyakan kita langsung niatkan mampir ziarah. Secara Jombang banyak makam para kekasih Allah toh?
Ziarah itu identik sama santri sarungan. Orang Ahlussunnah waljama’ah, katanya jangan ngaku orang NU kalau nggak demen sama ziarah.
Suatu kali, duluuuu sempat di ajak debat sama orang HTI soal ziarah kubur. Buat saya sih nggak perlu ditanggepin, disenyumin saja. Nggak guna juga berdebat sama wahabi, jaka sembung bawa golok.
Karena di Jombang waktunya tidak banyak, waktu ziarah juga sempit jadi kita prioritaskan menuju PP Tebu Ireng saja. Ziarah makam Gusdur sekaligus makam Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari.
Kamu harus tau siapa Gusdur, Nak! Nanti abah akan banyak dongengkan kisahnya.
Mengajari dan mengajak Sulthon ziarah sedari dini itu banyak manfaatnya. Setidaknya banyak harapan yang ingin kita petik dari sini.
Mengerti hakikat kematian
Nggak, kita nggak maksain Sulthon paham sekarang. Wong dia masih bayi, kita juga sangat paham itu. Semoga kelak ketika dia sudah tamziz dia bakal ngerti, rajin beribadah dan ingat akhirat kelak.
Meneladani Sikap Para Wali
Manfaat dari ziarah yang bisa kita dapatkan itu mampu meneladani sikap para wali. Perjuangan dalam menyebarkan dan ketaatannya kepada agama Allah.
Meningkatkan Taqwa kepada Allah
Suasana ditempat ziarah wali itu keramat. Bayangkan, sehari 24 jam setiap saat tiada hari libur pun sepanjang tahun, penuh sesak kadang antri orang mau tahlil dan berdoa disana. Nggak bikin batin kita melonjak gimana coba? Hati seperti ke pompa untuk terus beribadah. Hidup, kalau bukan untuk kebaikan mau untuk apa?
Mempelajari Sejarah
Coba kalau ingin merasakan sensasi ziarah. Pasti bakal nagih. Dulu, sewaktu kecil hingga remaja mempelajari cerita para wali beserta karomahnya itu semacam dongeng. Tapi, begitu mengalami secara langsung datang ziarah kamu bakal percaya bahwa semua itu nyata. Para wali dan kekasih Allah itu benar adanya.
Dan harapan kita sama Sulthon memberikan sensasi itu secara langsung sedini mungkin. Ya mudah-mudahan akan membantunya lebih mengenal Allah dan menjadi hambanya yang soleh, Aamiin.
Eh btw semoga jalan-jalan ziarah kita keliling segera terwujud, nabung nabung nabung!
Ibuku pernah kesini mbak, katanya gede banget tempatnya yak.
Pondok pesantrennya besar jeng ya sama kayak PP besar lainnya lah, kl komplek makamnya siy agak sempit di belakang pondok cuma keramatnya jeng ada makam Gusdur sama Hasyim Asy’ari pendiri NU, kalau ramenya lbh rame makam para walisongo