Selamat Pagi, Pembaca. Dampak COVID-19 yang kita alami itu adanya social distancing, yang membuat kita harus bertahan di rumah aja. So, masih pada betah di rumah kan?
Saya ingat betul, kapan khususnya masyarakat Jawa Tengah mulai heboh dengan istilah social distancing atau pembatasan sosial. Kemudian banyak kebijakan yang mengharuskan karyawan untuk bekerja dari rumah. Pelajar dan mahasiswa pun belajar dari rumah. Dan kini, berdoa pun dianjurkan tetap di rumah.
Jumat, 13 Maret 2020 ada berita kejadian korban meninggal positif covid-19 dari Solo. Waktu itu, saya dalam perjalanan dari Karanganyar menuju Yogyakarta dan sempat ngobrol tentang hal ini dengan 2 wartawan Solo tentang kejadian ini.
Sempat merasa was-was karena dua jam di stasiun Balapan menunggu kereta. Sebisa mungkin saya menjaga diri tanpa banyak berinteraksi dengan banyak orang. Lalu kemudian sadar diri, benar-benar manut menutup diri selama 14 hari. Membatalkan janji untuk datang dan review menu hotel yang Alhamdulillah diijinkan pihak hotel.
Daftar Isi
Pembatasan Sosial (Social Distancing), Upaya Mengurangi Persebaran COVID-19
Salah satu upaya untuk mengurangi persebaran corona virus adalah dengan pembatasan sosial. Hal ini diharapkan adanya pengurangan mobilitas orang dari satu tempat ke tempat lain, menghindari kerumunan dan saling menjaga jarak. Karena jika tidak pembatasan sosial ini tidak diterapkan, resikonya sangat besar.
Apa saja yang pengaruh dari pembatasan sosial ini?
Baca juga Mengenal Covid-19
1. Bekerja Dari Rumah (Work From Home)
Pemerintah pun menganjurkan ke banyak perusahaan agar pelaku usaha baik pemerintah maupun swasta untuk mengambil kebijakan work from home atau bekerja dari rumah.
Apakah kalian salah satu karyawan yang kini bekerja dari rumah?
Bersyukur jika kalian masih bisa bekerja dari rumah. Kenapa harus bersyukur? Yes, karena banyak diantara teman, saudara atau tetangga kita yang tetap harus keluar rumah untuk bekerja. Ada resiko yang mereka tanggung. Kemungkinan tertular atau menularkan ke orang lain itu besar.
Efek dari adanya pembatasan sosial, bahakan di beberapa kota besar sudah berlaku ketentuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) banyak megakibatkan pengangguran. Banyak perusahaan yang meliburkan karyawan. Dan mulai banyak juga orang yang di PHK. Sangat menyedihkan, ya?
Kalau saya sendiri, sebagai ibu rumah tangga yang kebetulan juga sebagai blogger, tidak banyak berpengaruh. Keseharian saya memang berada di rumah. Hanya sesekali jika ada pekerjaan dan keperluan untuk keluar rumah. Eh tapi meski begitu, tetap saja ada bosannya juga kalau harus tetap di rumah. Sampai-sampai sudah punya list panjang setelah badai covid-19 ini mau kemana?
Untuk yang tidak bisa bekerja dari rumah ataupun berstatus menganggur saat ini, saya hanya bisa berdoa. Semoga Allah segera mengangkat ujian ini.
2. Belajar Dari Rumah
Yang tak kalah penting untuk menekan laju penyebaran COVID-19 adalah dengan me-rumah-kan pelajar dan mahasiswa. Ini bukan libur lho ya? Tapi belajar dari rumah.
Pasti kalian sudah sangat rindu untuk datang ke sekolah/kampus kan? Tapi sabar dulu ya?! Banyak berdoa biar si Virus jahat Corona segera kalah dan pergi dari muka bumi ini!
Ketika kegiatan belajar mengajar di rumah seperti ini, tentu banyak efek negatif dan positifnya. Bagi anak-anak, orang tua di rumah maupun untuk para guru.
Anak-anak awalnya senang-senang saja. Berasa libur panjang. Tapi sempat banyak keluhan tugas yang diberikan terlalu banyak. Sedangkan para orang tua pun banyak yang kelimpungan mendampingi anak belajar di rumah.
Untuk para guru, pada awalnya juga beberapa ada kendala di penguasaan teknologi. Belum lagi masalah-masalah guru swasta yang berimbas pada terlambatnya gaji. Bahkan beberapa sekolah ada yang memotong gaji. Saya? Ngelus dada. Semoga lagi, pandemi COVID-19 ini segera berakhir.
3. Beribadah Di Rumah
Alangkah sedihnya waktu itu dengar kabah di tutup. Sebegitu dahsyatnya dampak COVID-19 ini. Tapi memang demi memutus dan menekan penularan COVID-19 perlu dilakukan tindakan menutup tempat ibadah ini.
Tidak hanya di Mekkah yang menutup sementara ibadah umrah. Di Indonesia pun, untuk membatasi kegiatan sosial, kemudian pemerintah menganjurkan agar ibadah dilakukan di rumah. Namun tetap saja, hingga kini masih banyak pihak yang belum menerima keadaan ini.
Alasannya sebetulnya sangat jelas, perkara DARURAT. Kita tidak boleh lagi mengadakan kerumunan, karena bisa berakibat fatal.
Banyak orang yang masih bertanya, kenapa rumah ibadah di tutup tapi pasar masih tetap buka? Jawabnya sepele, jika di pasar di tutup, kalian tidak bisa makan. Mau mati kelaparan? Soal ibadah, bisa di rumah saja? Toh! Terus kalau sudah ngerti semua berdoa di rumah, jangan usik umat agama lain! Yang kemarin sempat ribut, itu asli bikin malu saja!
Lhaaa, kok saya emosi?
Well, hanya doa, doa dan doa. Semoga COVID-19 ini segera berlalu. Aamiin.
Salam, semoga bermanfaat.
Lina Sophy
- Sumber gambar dari pixabay dan di edit dengan phonto